Kesimpulan dan Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara
OLEH UMAR HARUN ARRASYID
Assalamualaikum
perkenalkan nama saya Umar Harun Arrasyid. Saat menulis essay ini, saya berada
di usia 32 tahun. Perjalanan hidup selama 32 tahun ini saya maknai sebagai rasa
syukur saya kekhadirat Allah SWT karena sampai dengan detik ini saya masih bisa
tersenyum dan masih bisa bermanfaat untuk orang-orang yang saya sayangi di
sekitar saya. Ditambah suatu anugerah yang Allah berikan dengan mengangkat derajat
saya menjadi seorang Guru. Menjadi guru merupakan pekerjaan yang dipilih oleh
hati saya sendiri, walaupun saya amat sadar bahwa pekerjaan sebagai guru
merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah karena bagi saya guru merupakan
pekerjaan yang memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Karya seorang guru,
bukan untuk dilihat atau dinikmati, tetapi karya dan keberhasilan suatu
pendidikan akan menghasilkan suatu penghidupan atau yang dikenal sebagai suatu
peradaban. Begitulah saya memaknai arti dari pekerjaan saya yang sangat amat
berdampak pada kehidupan bermasyarakat. Di moment ini saya yang sedang
melaksanakan Program Pendidikan Angkatan 7 akan membuat suatu Kesimpulan dan
Refleksi diri terhadap apa yang sudah saya pelajari.
Sebelum saya mengikuti calon Guru
Penggerak Angkatan 7 ini, baik secara sadar atau tidak, saya masih menjadi
seorang Guru yang beranggapan bahwa suksesnya suatu Pendidikan sangat
bergantung oleh Guru (pendidik). Gurulah yang memiliki kemampuan dan pengalaman
sehingga mampu menentukan dan mendikte peserta didik secara general sesuai
dengan apa yang Guru dambakan. Begitupun dalam hal pembelajaran, dengan pola
yang sama, saya mengasumsikan bahwa agar peserta didik mampu memahami
pembelajaran yang saya ampu yakni pelajaran Matematika, maka peserta didik saya
arahkan untuk mengikuti cara atau metode yang pernah saya gunakan dulu.
Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang cenderung mendikte
atau Teacher Center. Dampaknya pembelajaran yang seperti ini diasumsikan seperti
pembelajaran yang cenderung menjajah kemampuan peserta didik. Karena secara
ensinya peserta didik merupak makhluk yang unik yang memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing, sehingga tidak mungkin mengikuti apa yang diharapkan oleh
Gurunya.
Setelah
saya mempelajari Modul 1.1 yang berjudul Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional
– Ki Hadjar Dewantara, saya lebih
memahami hakekat dari suatu Pendidikan yang digagas oleh Bapak Pendidikan
Nasional, Ki Hadjar Dewantara. Dengan mempelajari gagasan beliau melalui modul
ini, saya memahami bahwa Pendidikan bukanlah proses pendiktean peserta didik,
tetapi Pendidikan merupakan proses penuntunan terhadap kodrat peserta didik
dengan tujuan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Dengan kata lain, Pendidikan yang seutuhnya mengharapkan proses penuntunan
bukan pendiktean, sehingga peserta didik memiliki peran yang jauh lebih besar
dalam mengambil setiap keputusan yang ada dalam dirinya sesuai dengan tuntunan
yang diberikan oleh Guru. Pendidikan yang berorientasi pada proses tuntunan
akan cenderung mengembalikan esensi peserta didik sebagai manusia yang melekat
pada dirinya. Dampak yang sangat terasa dengan Guru memberikan tuntunan maka
pembelajaran yang awalnya Teacher Center akan beralih menjadi pembelajaran yang
Student Center serta pembelajaran yang memerdekakan peserta didik.
Setelah
memahami apa yang dicita-citakan Ki Hadjar Dewantara terhadap proses
Pendidikan. Saya masih ingin memperdalam pemahaman dan memahami gagasan ini
secara utuh dan menyeluruh. Adapun hal yang sudah saya terapakan dan ingin saya
pertajam dalam pemelajaran saya di kelas adalah pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik atau dikenal dengan Teaching at the Right Level. Hal
ini baru saya terapkan di beberapa pertemuan kelas 7 pada pembelajaran
Matematika degan membagi kelompok berdasarkan tingkat pemahaman, yaitu belum
paham, paham, dan sangat paham. Pembagian ini sangat membantu saya dalam
memberikan tuntunan ke peserta didik sesuai dengan kebutuhan kemampuannya
sehingga tidak mengeneralisir materi untuk keseluruhan peserta didik tetapi
pembelajaran dilaksanakan sesuai levelnya masing-masing. Saya mengakui masih
banyaknya kekurangan pembelajaran yang saya laksanakan, tetapi dengan sedikit
menerapkan tuntunan sesuai dengan yang diharapkan oleh Ki Hadjar Dewantara,
pembelajaran menjadi jauh lebih bermakna dan yang paling penting peserta didik
merasa Bahagia karena kebutuhannya terpenuhi.
Demikian kesimpulan dan
refleksi diri yang bisa saya bagikan, semoga ini menjadi catatan penting untuk
diri saya pribadi sebagai Guru yang jauh lebih baik lagi.
Salam dan Bahagia Bapak dan Ibu Guru Hebat
Wassalamualaikum Wr. Wb.